Sabtu, 08 Oktober 2011

Harta Karun Soekarno

selamat membaca

HARTA karun peninggalan mantan presiden Soekarno selama ini masih misteri, bahkan tak sedikit yang meragukannya. Kasus kegagalan pencarian harta peniggalan Prabu Siliwangi di Istana Batutulis beberapa waktu lalu, sepertinya memupus harapan orang untuk memercayai hal-hal yang sulit dibuktikan kebenarannya.






Namun lelaki yang menyebut diri satria piningit bernama Soenuso Goroyo Soekarnomengaku dapat mengangkat peninggalan Presiden Pertama RI itu. Bentuknya berupa ratusan keping emas lantakan, platinum, sertifikat deposito obligasi garansi, dan lain-lain. ”Ini baru sampel dan silakan mengecek kebenarannya. Jika bohong, saya siap digantung,” katanya, Jumat kemarin, kepada pers.

Mantan anggota TNI yang dahulu bernama Suwito itu sengaja mengundang wartawan di rumahnya, Perumahan Cileungsi Hijau, daerah perbatasan Bogor-Bekasi, untuk menyaksikan temuannya. Di rumahnya yang cukup megah disiapkan hidangan layaknya orang hajatan. Maklum, Goroyo, begitu dia biasa disapa, juga mengundang Pangdam Jaya, Kapolda, dan anggota Muspida. Tetapi dari mereka, tak ada pejabat datang.

Kepada tamunya, suami RA Lastika ini memperlihatkan peti besar berisi ratusan keping emas lantakan, masing-masing beratnya 8 ons bergambar Soekarno dan di baliknya ada gambar padi dan kapas. Pada satu sisinya ada tulisan 80 24K 9999. Sementara itu emas putih (platinum) juga berbentuk lantakan berlogo tapal kuda putih bertulisan JM Mathey London. Logam itu dibungkus emas dan bersertifikat emas pula.


Meskipun bersertifikat dan diyakini keasliannya, pada kesempatan itu tidak dihadirkan orang yang mengetahui emas atau pakar yang bisa memastikan asli atau tidak harta benda tersebut.

Memberi Kuasa

Peninggalan lain berupa sertifikat deposito bertanggal 16 Agustus 1945 yang dikeluarkan oleh BPUPKI yang menyebut sejumlah harta yang disimpan di suatu tempat. Ada pula sertifikat berbahasa Inggris yang juga disegel dan ditulis di atas lembar kuningan. Sertifikat itu ada yang bertuliskan ”Hibah Substitusi” yang dipercayakan kepada R Edi Tirwata Dinata (108).

Yang terakhir ini, konon karena sudah tua, lantas memberikan kuasa kepada R Anton Hartono untuk mengurus harta benda yang disimpan di Swiss. Bentuknya mikrofilm, dua lembar dokumen, anak kunci boks deposit di JBS, Jenewa, dan dua buah koin. Di dalam sertifikat itu disebutkan, ada dana berjumlah 126,2 miliar dolar AS dan 63,10 miliar dolar AS.

”Insya Allah, jika saya diberi izin, semua harta peninggalan Bung Karno ini bisa membayar utang kita. Saya yakin bisa melaksanakannya,” ungkap Goroyo sembari membantah dirinya paranormal. Dia juga membantah berambisi menjadi presiden atau jabatan politis lain. ”Semua saya lakukan dan beberkan untuk membangun negara kita,” tegasnya.


Saat mendekati rumahnya, di pintu gerbang perumahan dan di depan rumahnya terpampang spanduk putih bertulisan merah, ”Satrio Piningit Soenuso Goroyo Soekarnosang Juru Selamat Telah Hadir di Bumi Indonesia.”

Namun wartawan yang datang sejak pukul 11.00, baru diterima seusai shalat jumat. Goroyo mengenakan stelan jas putih, sepatu putih, mirip yang dikenakan Presiden Soekarno.

Di ruang tamunya juga dipajang foto dirinya bersama seorang jenderal. Ada pula yang memperlihatkan saat dirinya menjadi anggota Batalyon Arhanud SE 10/Kodam Jaya. Namun, dia enggan membeberkan latar belakang jati dirinya. ”Saya ini orang susah. Jadi tentara pangkatnya juga di sini (memegang lengannya). Jika saya pakai pakaian seperti ini, hanya model. Kebetulan saya suka,” tuturnya.

Proses Pencarian


Goroyo mengemukakan, dia hanya ingin ada saksi dari aparat soal harta temuannya itu. Selanjutnya akan diserahkan kepada Presiden Megawati dan diharapkan bisa melunasi utang luar negeri pemerintah. ”Saya tidak ingin imbalan apa pun termasuk jabatan. Saya hanya butuh pengakuan dan surat kuasa untuk meneruskan pencarian harta ini. Namun tampaknya Kapolda dan Kapolri berhalangan.”



Dia menceritakan proses pencarian harta tersebut. Diawali dari kebiasaannya

bertirakat di berbagai tempat, lantas mendapatkan petunjuk. Petunjuk awal adalah sebuah tongkat wasiat yang diyakini tongkat komando milik Presiden Soekarno yang kemudian disimpannya hingga kini.

Selanjutnya, dengan tirakat pula, secara gaib harta benda itu bisa diangkat dari beberapa daerah di Bali, Jawa Tengah, dan Sumatera Selatan. ”Meskipun benda ini kini nyata, tapi awalnya adalah harta gaib. Jadi, mengambilnya juga dengan cara gaib. Saya tidak boleh memilikinya. Saya diperintahkan menyerahkan kepada negara untuk menyelamatkan bangsa,” paparnya.

Ketika disinggung, kenapa justru membeberkan kepada wartawan, bukan langsung menyerahkan kepada pemerintah, Goroyo menyatakan dirinya sudah capai berhubungan dengan pejabat. Awalnya dia melapor kepada Presiden Megawati, tapi tidak digubris. Kemudian kepada mantan atasannya, Kol Art Harus Putri Osa, Dan Men Arhanud I Kodam Jaya, ke Mabes TNI, bahkan juga dilaporkan kepada anggota DPR Permadi SH.


Namun semua seperti tidak menghiraukannya. ”Karena itu, saya mengundang rekan-rekan wartawan untuk menyaksikan langsung,” ujar Goroyo sembari menegaskan, sebagai satria piningit dirinya mengemban tugas menyelamatkan bangsa. Sebutan satria itu dia jelaskan, tidak ada kaitannya dengan ramalan yang pernah diucapkan Permadi bahwa negeri ini akan dipimpin satria piningit.
Harta Karun Soekarno , Akhirnya Ditemukan JugaGW sengaja menulis judul sedikir merangsang adrenalin kita sebagai manusia dengan kata pembuka "Harta Karun". Padahal maksudnya sih kiasan saja sebagai suatu ungkapan metaforik analitik setelah menyusuri sejarah Bangsa Indonesia. Judul aslinya adalah "Bangsa Indonesia dan Harta Karun Soekarno". Membaca tulisan ini, Anda boleh percaya dan boleh juga tidak. Tidak ada paksaan dalam membaca. Tapi mulailah berpikir dan merenungkannya.

Beberapa waktu yang lalu kita sempat dihebohkan dengan berita mengejutkan tentang Harta Karun Warisan Presiden Soekarno yang disebut-sebut berupa emas, perak yang sangat berharga dan khabarnya dapat membayar seluruh hutang Bangsa Indonesia. Isu dan kisah harta warisan Soekarno pun bergulir. Korbannya tak tanggung-tanggung “Seorang Menteri Agama era Megawati” mengacak-ngacak situ purbakala di Bogor. Amarah dan cemooh pun bermunculan karena kenaifan, kedunguan, ketamakan dan keserakahan si menteri yang belakangan diseret pengadilan karena kasus korupsi “Dana Abadi Umat”. Semenjak peristiwa yang memalukan di Bogor itu kisah harta karun peninggalan Soekarno masih terdengar beberapa waktu kemudian. Klaim-klaim masih bermunculan, umumnya dari dukun dan paranormal. Namun pelan-pelan kisah harta itu punkemudian lenyap meskipun masih mengendap menjadi sisa informasi di benak kebanyakan masyarakat Indonesia yang kelak akan muncul kembali dengan kisah yang barangkali lebih sedap dengan sedikit rasa pedas di lidah yang membuat merah muka.
Kemunculan kisah harta karun Soekarno yang sempat menghebohkan itu memang membuat banyak orang yang kecondongannya tamak menjadi ngiler. Darimana sumber asal kisah itu pun masih simpang siur, tak ketahuan rimbanya. Mungkin salah satu makhluk halus penghuni pulau Jawa yang membisikkan salah satu budaknya untuk membisik-bisikkan tentang pusaka warisan bangsa Indonesia itu. Tapi apa tepatnya Harta Pusaka warisan Soekarno itu? Tak ada satu pun ahli atau pakar yang berminat menyibak misterinya karena tentunya takut di bilang ketularan ketamakan atau di bilang dungu karena percaya pada bisikan paranormal yang tak jelas ujung pangkalnya.
Saya justru tertarik mengungkapkan Harta Peninggalan Soekarno itu bukan dari perspektif perhartakarunan dengan gambaran emas, perak atau intan permata. Tapi dari perspektif kesejarahan Bangsa Indonesia yang jejaknya telah ditemukan oleh Sokarno di kawasan Bogor yang tidak lain adalah prasasti Batu Tulis sebagai peninggalan masa lalu yang menyimpan sejarah bangsa Indonesia dan erat kaitannya dengan transmisi pengetahuan yang saat ini sudah sangat dikenal.
Gagasan saya mengaitkan harta karun Soekarno dengan peninggalan sejarah di Batu Tulis saya ilhami dari karakter Soekarno itu sendiri yang memadukan intelektualitas dan kemampuan citarasanya yang tinggi tentang berbagai seni dan budaya di tanah air. Benar, saya kemudian harus berasumsi bahwa ungkapan Harta Karun Bangsa Indonesia sebenarnya dinyatakan oleh Soekarno sendiri dengan suatu gaya pengungkapan metaforis puitis sebagai karakter dasar beliau. Seseorang yang menguping ungkapan terselubung ini kemudian mengira bahwa yang diungkapkan Soekarno adalah harta beneran berupa emas, perak, atau berlian yang tersimpan di suatu tempat di Bogor, bahkan ada yang mengatakannya tersimpan di suatu Bank di Swiss. Padahal yang dimaksud Soekarno adalah peninggalan di Bogor yaitu Batu Tulis yang menyimpan rahasia emas dan perak sebagai simbologi tentang sumber asal Pengetahuan Tuhan yang telah dikenal semasa kerajaan Areuteun, bahkan mungkin jauh sebelum era kerajaan Areueun maupun Taruma Negara.
Soekarno selain seorang yang teknis, paham ilmu rekayasa, ia pun dikenal sebagai ahli kesenian. Bukan sekedar seni tari atau lukis, namun ia adalah sastrawan yang paham benar ungkapan-ungkapan al-Qur’an, Injil, Kitab Siwa-Budha maupun agama Hindu, dan kenal benar karya sastra lokal (termasuk cerita daerah) maupun dunia. Sehingga gaya pengungkapannya ketika berkaitan dengan suatu titik tolak entitas kebangsaan Indonesia meniru ungkapan kitab-kitab agama dengan maksud-maksud terselubung.
Maksud terselubung itu berkaitan dengan kemampuan manusia idaman Indonesia yang diimpikan Soekarno sebagai manusia yang mestinya cerdas, berpengetahuan lahir maupun batin dengan butir-butir yang tercantum dalam Pancasila. Singkatnya, impian Soekarno tentang ManusiaIndonesia di masa depan adalah “yang jenius sekaligus yang relijius” sebagai figur diri Soekarno sendiri. Dengan menyelubungi rahasia titik tolak asal usul pengetahuan Bangsa Indonesia itu, Soekarno menyodorkan suatu teka-teki mistis “Harta Pusaka Indonesia” atau yang belakangan dihebohkan sebagai “Harta Karun Peninggalan Soekarno”.
Pengungkapan demikian mempunyai tujuan. Tujuan utamanya adalah melindungi Pusaka itu dari tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab. Bagi yang mempunyai kecondongan tamak dan serakah, pastilah akan mengira kalau ungkapan terselubung itu berkaitan dengan emas, perak dan intan berlian. Jadi, meskipun Soekarno tak pernah menyatakan Harta Pusaka itu sebagai emas dan perak maupun berlian, perkiraan seperti itu muncul belakangan dari orang-orang yang sempat mendengar atau menguping ungkapan Soekarno dan menafsirkannya dengan ketamakan dan keserakahan akan kemaruknya harta dunia. Dan umumnya manusia mengira demikian karena selubung metaforis Soekarno memang hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang paham benar dengan karakteristik Soekarno sebagai intelektual lahir dan batin yang membaca banyak buku teknis, sastra, filsafat dan kenal karakteristik dasar seluruh ajaran agama yang ada di Indonesia. Mereka yang tamak dan serakahpun terkecoh dan babak belur dengan korban pertama seorang menteri yang mengaku dapat bisikan paranormal.
Kalau kita lebih jernih menelusuri sejarah hidup Soekarno, sebenarnya menjadi jelas kalau ungkapan Harta Pusaka Soekarno berkaitan dengan JEJAK SEJARAH MANUSIA INDONESIAyang jejak-jejaknya tertera di prasasti-prasasti yang ditemukan di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu yang tertua adalah prasasti Batu Tulis yang ada di Wilayah Bogor yang sampai hari ini menurut perbincangan arkeolog di situs www.arkeologi.net menyimpan misteri yang belum terpecahkan yaitu misteri TULISAN IKAL. Mengenai tulisan ikal sebenarnya sudah saya singgung di risalah Sangkan Paraning Dumadi : Mengintip Fajar Sejarah Manusia Indonesia dan Tuhan Yang Maha Esa yang saya bagikan gratis di milis internet (yg berminat silahkan subscribe dimyquran@yahoogroups.com, atau lihat di www.yahoogroups.com/myquran cari menu File , buka folder buku, download file spada_r1.pdf).
Pulau Jawa dalam cacatan sejarah telah dikenal oleh Cina melalui tulisan pendeta Budha Fa Hsien yang terdampar di “Ya-wa-di” dan tinggal di situ selama 5 bulan setelah berlayar selama 90 hari dari Srilangka menuju Kanton pada tahun 414 M. Menurut catatan Fa-Hsien, belum ada pemeluk agama Budha yang ada adalah pendeta Brahmana, jadi saat itu agama Hindu telah ada di Kawasan Jawa atau Javadvipa.
Kontak resmi Cina dengan Ja-wa secara resmi dimulai di zaman Dinasti Sung (420-479 M) yang pada tahun 435 M menerima utusan Ja-wa-da atau Jawa Dwipa yang diperintah oleh Sri Pa-da-do-a-la-mo. Yang membawa sepucuk surat dan upeti. Negara asal dari utusan raja Jawa Kuno itu seringkali disebut sebagai Holotan yang diidentifikasikan oleh Prof. Slamet Muljana sebagaiAreuteun kerajaan tertua di Jawa Barat sebelum masa Taruma. Bahkan kerajaan Holotan ini bisa dikatakan sebagai kerajaan tertua di Jawa, lebih tua dari “Ho-ling” atau Keling di lembah sungai Brantas Jawa Timur. Utusan kerajaan Tarumanegara atau menurut teks Cina To-Lo-Mo datang ke Cina pertama kali pada tahun 528 M, sekitar 100 tahun setelah utusan pertama kerajaan Holotan atau Areuteun tadi. Hubungan Cina dengan Tarumanegara terus berlanjut sampai Tarumanegara ditumbangkan Kerajaan Sriwijaya pada tahun 686 M. Arus peradaban dan pelayaran pun bergeser ke Sriwijaya di Sumatra dan Holing atau Keling di Jawa Timur.
Jawa Barat merupakan pusat keramaian yang tertua yang tercatat oleh sejarah di Indonesia. Wilayah kerajaan tertua itu diidentifikasi oleh Profesor Slamet Mulyana sebagai Areuteun di muara sungai Ciliwung. Tidak banyak informasi yang tersedia mengenai kerajaan Areuteun yang muncul sekitar tahun 414 M di Jawa Barat sebelum kerajaan Galuh Pakuan pada tahun 686 M. Catatan tentang kerajaan ini diperoleh dari Fa-Hsien seorang Buddha yang terdampar di Jawa dan prasasti Ciareuteun. Namun, sedikitnya sejarawan Indonesia seperti Prof. Slamet Muljana pernah mengulas tentang kerajaan ini yang bukunya sampai hari ini belum saya temukan di toko buku. Jadi, memang sulit sekali seperti aja wajah kerajaan Areuteun ini yang muncul sekitar 272 tahun sebelum galuh Pakuan dengan nama rajanya yang disebut dalam catatan raja-raja Cina sebagai Holotan.
Di Internet topik “Areuteun” atau “Ciareuteun” ditemukan di suatu situs yang nyaris menjadi situs purba sesuai namanya karena nampaknya aktivitas anggotanya sangat rendah, situs itu adalah situs www.arkeologi.net yang rupanya dikelola oleh mahasiswa arkeologi UI. Diskusi tentang Ciareuteun ditemukan sebagai suatu topik yang cukup hangat dibawah sub-judul “Hindu-Budha Archeology” meskipun nampaknya diskusi itu tidak berlanjut. Kutipannya secara ringkas tentang Areuteun antara lain menjelaskan beberapa prasasti yang ditemukan di Kawasan Jabodetabek.
Dalam suatu topik posting yang dipicu oleh nickname “Manchu Pichu” disebutkan bahwa di daerah Ciampea ada beberapa prasasti. Lahan tempat prasasti-prasasti ini ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Dahulu termasuk bagian tanah swasta Ciampea. Sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang.
Transkrip diskusi yang dapat ditemui di situs http://www.arkeologi.net saya lampirkan (berhubung forum di situs tsb mendadak ditutup,jadi saya copy pastekan saja transripnya):
(posting manchu pichu, 9-5-2005)
mohon bantuan rekan2..
apakah ada yang tahu dimana letaknya prasasti jambu, yaitu prasasti tapak kaki purnawarman...bukan yg di ciaruten..katanya didaerah leuwiliang di bukit koleangkak. tapi orang di daerah leuwiliang tidak ada yg tahu. thx b4
(posting ivsamujev 12-5-2006)
Adapun Prasasti yang di temukan di Sungai Ciareuteun adalah TAPAK KAKI MANUSIA (PURNAWARMAN ) DENGAN DUA JENIS TULISAN, YAITU SANSEKERTA DAN 'IKAL' SERTA BEBERAPA GAMBAR SEPERTI LABA-LABA. Kedua prasasti ini letaknya tidak berjauhan dengan jarak lebih kurang 300 m (mohon dikoreksi). Jadi yang dimaksud prasasti Jambu adalah prasasti Tapak Kaki Gajah. Disebut Prasasti Jambu, karene letaknya yang berada di Desa Jambu.


Kemudian, di muara sungai (pertemuan dua sungai) Cianteun (mohon dikoreksi) juga ada Prasasti dengan HURUF IKAL. Letaknya masih berada di Sungai (sebagian batu tempat prasasti dipahatkan terendam air sungai), sedangkan prasasti Ciereuteun sudah dipindahkan lebih kurang 70 m ke dataran yang lebih tinggi (sekarang berada di dalam cungkup). Jarak kedua prasati ini lebih kurang 500 m (mohon dikoreksi).
Semoga ini bisa membantu (juga koreksi untuk posting ismanujev sebelumnya) 

Didaerah Ciampea ada beberapa prasasti. Lahan tempat prasasti-prasasti ini ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Dahulu termasuk bagian tanah swasta Ciampea. Sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang.

Kampung Muara tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan, dahulu merupakan sebuah "kota pelabuhan sungai" yang bandarnya terletak di tepi pertemuan Cisadane dengan Cianten. Sampai abad ke-19 jalur sungai itu masih digunakan untuk angkutan hasil perkebunan kopi. Sekarang masih digunakan oleh pedagang bambu untuk mengangkut barang dagangannya ke daerah hilir.

Prasasti pada zaman ini menggunakan aksara Sunda kuno, yang pada awalnya merupakan perkembangan dari aksara tipe Pallawa Lanjut, yang mengacu pada model aksara Kamboja dengan beberapa cirinya yang masih melekat. Pada zaman ini, aksara tersebut belum mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah (lontar) abad ke-16.


Prasasti-prasati itu antara lain:
Prasasti Pasir Muara
Prasasti ini ditemukan di Pasir Muara, di tepi sawah, tidak jauh dari prasasti Telapak Gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti itu kini tak berada ditempat asalnya. Dalam prasasti itu dituliskan :

ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa barpulihkan haji su-nda

Terjemahannya menurut Bosch:
Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.

Karena angka tahunnya bercorak "sangkala" yang mengikuti ketentuan "angkanam vamato gatih" (angka dibaca dari kanan), maka prasasti tersebut dibuat dalam tahun 458 Saka atau 536 Masehi (catatan penulis: nabi Muhammad lahir tahun 571 M).

Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran Sungai Ciaruteun, seratus meter dari pertemuan sungai tersebut dengan Sungai Cisadane; namun pada tahun 1981 diangkat dan diletakkan di dalam cungkup. Prasasti ini peninggalan Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sansekerta. Isinya adalah puisi empat baris, yang berbunyi:
vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam


Terjemahannya menurut Vogel:
Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara.

Selain itu, ada pula gambar sepasang "pandatala" (jejak kaki), yang menunjukkan tanda kekuasaan fungsinya seperti "tanda tangan" pada zaman sekarang. Kehadiran prasasti Purnawarman di kampung itu menunjukkan bahwa daerah itu termasuk kawasan kekuasaannya. Menurut Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara parwa II, sarga 3, halaman 161, di antara bawahan Tarumanagara pada masa pemerintahan Purnawarman terdapat nama "Rajamandala" (raja daerah) Pasir Muhara.
Prasasti Telapak Gajah
Prasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki gajah yang diberi keterangan satu baris berbentuk puisi berbunyi:
jayavi s halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam padadavayam

Terjemahannya: 

Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa.
Menurut mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan Batara Indra dewa perang dan penguasa Guntur. Menurut Pustaka Parawatwan i Bhumi Jawadwipa parwa I, sarga 1, gajah perang Purnawarman diberi nama Airawata seperti nama gajah tunggangan Indra. Bahkan diberitakan juga, bendera Kerajaan Tarumanagara berlukiskan rangkaian bunga teratai di atas kepala gajah. Demikian pula mahkota yang dikenakan Purnawarman berukiran sepasang lebah (an-Nahl).

Ukiran bendera dan sepasang lebah itu dengan jelas ditatahkan pada prasasti Ciaruteun yang telah memancing perdebatan mengasyikkan di antara para ahli sejarah mengenai makna dan nilai perlambangannya. Ukiran kepala gajah bermahkota teratai ini oleh para ahli diduga sebagai "huruf ikal" yang masih belum terpecahkan bacaaanya sampai sekarang. Demikian pula tentang ukiran sepasang tanda di depan telapak kaki ada yang menduganya sebagai lambang labah-labah, matahari kembar atau kombinasi surya-candra (matahari dan bulan) *asy Syams-al-Qamar). Keterangan pustaka dari 
Cirebon tentang bendera Tarumanagara dan ukiran sepasang "bhramara" (lebah) sebagai cap pada mahkota Purnawarman dalam segala "kemudaan" nilainya sebagai sumber sejarah harus diakui kecocokannya dengan lukisan yang terdapat pada prasasti Ciaruteun.

Prasasti lain
Di daerah Bogor, masih ada satu lagi prasasti lainnya yaitu prasasti batu peninggalan Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka. Prasasti inipun berukiran sepasang telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris:

shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam - padavimbadavyam arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam yangdripanam - bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam. 

Terjemahannya menurut Vogel:
Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya.
Salah satu misteri yang belum diungkapkan dari temuan prasasti Ciareuteun di Jawa Barat yang menarik perhatian saya adalah tulisan atau simbol yang disebut huruf ikal. Saya kemudian melakukan posting yang berkaitan dengan tulisan Ikal dan prasasti Ciareuteun dari Jabar sehubungan dengan simbol-simbol Indra, Petir, Gajah, Teratai, Laba-laba dan Lebah yang tertera pada prasasti yg di temukan di Jabar.
(Posting atmoon 26-5-2006)
Saya secara teknis akademis bukan arkeolog , tetapi melihat topik diskusi yang berkaitan dengan Tulisan Ikal dan Prasasti Ciareuteun dari Jabar yang berlaitan dengan simbol-simbol Indra, Petir, Gajah, Teratai, Laba-laba dan Lebah yang tertera pada prasasti yg di temukan di Jawa Barat.
Sebenarnya saya mempunyai suatu spekulasi yang muncul dari kemungkinan historis adanya transmisi pengetahuan dari wilayah India, Jawa, ke Mediterania, dan akhirnya berujung kembali di wilayah asalnya yaitu Aleksandria tempat dimana Perpustakaan Terlengkap di Dunia pernah Berdiri dan 9 pemikir Agung menekuni sains. Khususnya berkaitan dengan simbol-simbol agama Siwa Budha dan Islam yaitu simbol Asy Syams (Matahari), Petir (Ar Rad), al-Qamar (Bulan), Lebah (an-Nahl), laba-laba dan Gajah sebagai tunggangan Dewa Indra (Raa, atau Matahari), Bunga Sidrath atau Lotus Tree dengan simbol-simbol dari Mesir.
(tambahan saya: Jadi, gajah tunggangan Dewa Indra sejatinya simbolisme Ganesha atau Gajah sebagai lambang ilmu pengetahuan dimana dua gading gajah menunjukkan makna ilmu pengetahuan bagai gading yang mudah retak dan siapapunyang tak mampu menjaganya akan dililit oleh belalai Si Gajah sebagai suatu ungkapan simbolik metaforik bahwa ilmu pengetahuan adalah netral, baik dan buruknya tergantung pada manusia yang mengimplementasikannya)
Transkrip tulisan ikal itu mungkin bukan tulisan tetapi simbologi Indra Maya sebagai realitas The matrix yang menjadi asal usul penulisan seluruh sistem huruf-huruf yang ada di dunia khususnya sistem dengan 5, 20 (jawa), 22 (Phoenicia), 26(Latin), dan 28 huruf (hiajiah) (saya tak tahu jumlah huruf Sansekerta). Jadi boleh jadi huruf palawa, sansekerta, jawa atau tulisan di Kawasan Asia juga sama asal usulnya dengan simbol dasar tulisan yang muncul di Mediterania khusunya Phoenicia, Aramaik, Yunani, Arab, Hebrew dan lain-lainnya.

Konsep dasar Indra Maya adalah teori Bilangan Euclids yaitu bilangan sempurna 6=1+2+3 dengan pemodelan 9696 :
· 9 adalah simbol realitas yang tercitra di akal pikiran,
· 6 adalah bayangan realitas di retina mata manusia,
· 9 adalah tampilan fenomena realitas benda-benda di bawah naungan sinar matahari,
· 6 adalah simbol kelahiran Sang Waktu alias Matahari itu Sendiri sebagai Indra.
Prasasti yang mencetak simbol tersebut menyembunyikan arti bahwa cikal bakal kerajaan Kuno di Tanah Sunda adalah seorang raja yang menguasai ilmu pengetahuan dengan transmisi yang berasal dari Yunani Kuno, Mesir, India dan Cina.

Sampai sejauh ini saya masih berspekulasi atas kemungkinan diatas karena kurangnya literatur yang kompeten atau tidak tahu sama sekali karena bidang saya bukan arkeologi. Untuk itu saya membuat tulisan yang lebih banyak saya warnai dengan gaya berkisah karena kurangnya dasar-dasar ilmiah yang dapat dipercaya kecuali penggunaan sejarah dan hubungannya dengan model fisika kuno yaitu Teori Bilangan Euclids untuk menjelaskan fenomena penampilan Kekuasaan Tuhan di muka Bumi yang sebenarnya ungkapan dan simbolnya ada di Al Qur'an dan mungkin kitab Siwa Buda (saya bukan beragama Budha tetapi Islam, jadi tidak tahu persis apa isi kitab penganut Siwa Budha).

Beberapa sejarah Kuno seperti di Cirebon menyebutkan bahwa raja pertama Tarumanegara adalah Adimulya, sebenarnya namanya adalah Adam Awlia sebagai simbolisme manusia yang menciptakan sistem huruf dan hitungan yang tidak lain adalah Nabi Adam a.s. Ajarannya muncul dari transmisi ajaran Ofirisme Phytagorean dimana yang menjadi landasan adalah hukum-hukum fisika yang berkaitan dengan pemantulan atau difraksi cahaya diatas cermin yang dikemudian hari digunakan sebagai model eksperimen Isaac Newton.

Bentuk huruf atau simbol Ikal, saat ini masih saya bayangkan berbentuk seperti tulisan 6 atau 9 yang saling bergulung atau 69 dengan lingkaran O yang makin membesar dari suatu titik pusat. Bentuknya memang akhirnya mirip OBAT NYAMUK yang kita kenal sekarang. Dan sejatinya memang yang kita sebut angka 6 atau 9 itu sejatinya bukan bilangan, namun simbolisme pertama kali ketika manusia Adam menyadari bentuk tampilnya Kekuasaan Tuhan yang tidak lain Simbol Siwa-Buda yaitu seperti bilangan 3. Dalam legenda 
Cirebon di sebut Walang Sungsang. Simbol 3 kemudian dalam ajaran Islam dinyatakan sebagai simbolisme penampilan Allah, Ar-Rahmaan, Ar-rahiim sebagai 3 Ism Agung dengan simbol geometris bidang segi 3.

Lantas bilangan pun kemudian disesuaikan dengan citra penampilan dan perasaan yang muncul 1+2+3=6, 2+3+4=9, lahirlah sistem bilangan dengan rujukan akhir 1+2+3+4=10, 10 jari tangan kita. Bilangan 6 disebut bilangan sempurna, sedangkan bilangan 3 disebut bilangan yang menjadi Pembagi Agung alias 3 Ism Agung.

Bilangan-bilangan lainnya muncul dengan mengalikan secara berturutan sebanyak 3 kali, 2x2x2=8, 3x3x3=27, 4x4x4=64=8x8 yang ternyata menthok ketika disandingkan dengan geometri dan disebut anomali runtuhnya papan catur Brahmana India. Bilangan kita ternyata hanya akurat sampai hitungan ke 7 kuadrat yaitu 7x7=49 alias Muthaa alias 7 langit bumi. Yang meruntuhkan adalah Si Bintang penembus yang disebut Ahmad nama kecil Nabi Muhammad SAW yang tidak lain adalah ADHI BUDHA atau Budha Yatim Piatu dengan cara memotong papan catur menjadi 4 bagian sehingga didapati bahwa 8x8=64 ternyata bisa menjadi 13x5=65, darimana angka 1 ini muncul? (silahkan cari jawabannya, hint nya buatlah kotak 8x8=64 yaitu kotak papan catur. Buat 3 garis dengan koordinat 0,5 dan 5,3 ; 5,8 dan 5,0 ; lalu garis ketiga 3,0 dan 8,8 dengan catatan sumbu matrisk 8x8 nya dimulai dengan angka 0; kemudian potonglah dengan mengikuti garis tersebut dan susun ulang dengan posisi membuat segi empat 13x5=65 kotak, jadi begitulah kenapa memori komputer hanya berupa kelipatan 64).

Mudah-mudahan postingan saya ini tidak membuat para ahli arkeologi puyeng karena secara tidak langsung saya mengaitkan temuan budaya dengan agama yang ada di
Indonesia sejak dulu sampai hari ini yaitu Hindu, Budha, dan Islam dan mungkin juga Yuddeo Kristen yang sudah campur sari.
Sampai hari ini, posting saya tersebut belum ada yang menjawab. Mungkin pada bingung atau memang anggota forum diskusi situs www.arkeologi.net sudah pada males melakukan posting-posting baru yang lebih menggigit. Beberapa posting lainnya saya tambahkan di beberapa topik terutama informasi tentang sesar vulkanik purba di Indonesia yaitu letusan Gunung Toba yang skarang menjadi Danau Toba (lihat juga di Wikipedia dan disini) yang membawa Planet Bumi ke zaman Es 75 ribu tahun yang lalu, tepat semalam sebelum pagi harinya saya mendengar kabar gempa bumi di Yogyakarta dan sekitarnya yang menelan korban 6000 lebih orang (27-5-2006).
Membayangkan Soekarno memang seperti membayangkan wajah Indonesia yang telah lama terbelenggu dalam tipu daya, amarah dan kebodohan yang ingin dibebaskannya dan ingin diriasnya supaya kelihatan menjadi seksi, charming dan menarik. Namun, apa daya, perkiraan Soekarno yang faham karakter ketamakan manusia nampaknya memang muncul menjadi suatu kenyataan pahit. Ungkapan terselubungnya, meskipun saya mengasumsikannya sebagaiOengkapan Soekarno yang poeitik, nampaknya menunjukkan kenyataan ketika sejarah BangsaIndonesia mulai dilupakan. Ketamakan, kebodohan dan kejahilan muncul dengan berbagai bentuk. Salah satunya penafsiran Harta Pusaka Soekarno sebagai harta berupa emas, perak, intan dan permata. Banyak orang yang tamak dan serakah pun terkecoh karena tipu daya penafsir yang bodoh dan dungu, karena sejatinya Harta Pusaka Soekarno adalah PRASASTI KESEJARAHAN MANUSIA INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN TUHAN YANG MAHA ESA yang menjadi butir pertama Pancasila yang telah disia-siakan oleh masyarakatnya yang saat ini megap-mgap dihantam gelombang liar hawa nafsunya karena kelalaiannya sendiri mengabaikan asal usul dirinya dan Tuhannya Yang Maha Esa. Saya pun teringat pepatah lama, “Bangsa Yang Besar adalah Bangsa Yang Mengenal Sejarahnya”. Lantas, sayapun teringat salah satu ayat al-Qur’anyang tercantum dalam surat al-Kahfi yang mengecam Iblis sebagai makhluk yang tidak tahu bagaimana langit dan bumi dan dirinya diciptakan Tuhannya. Al Kahfi adalah surat yang menjadi titik tolak penyingkapan tabir jiwa-jiwa manusia dari ketercelaan akhlaknya. Difirmankan-Nya dalam Qs 18:51 “Aku tidak menjadikan mereka saksi atas penciptaan langit dan bumi dan tidak pula penciptaan diri mereka sendiri, dan Aku tidak mengangkat penyesat-penyesat itu sebagai penolong”. Sebuah peringatan Tuhan yang jelas berhubungan dengan arti sebuah sejarah manusia sebagai perjalanan spiritualnya ketika menyingkapkan hubunganya dengan Tuhan Sang Pecipta, Pemelihara dan Pendidik baik manusia spiritual sebagai indvidu maupun manusia sebagai suatu kaum atau suatu bangsa seperti Bangsa Indonesia yang dinaungi Garuda dengan kibaran Sang Saka Merah Putih. Sambil nonton berita TV yang menampilkan kesedihan anak-anak SMU yang kecewa dan malu karena gagal ujian nasional tapi lulus sebagai calon mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri karena nilai matematikanya ambur adul, saya kemudian berkata dalam hati“Sadarkah kita semua sebagai Bangsa Indonesia hari ini?

HARTA karun peninggalan mantan presiden Soekarno selama ini masih misteri, bahkan tak sedikit yang meragukannya. Kasus kegagalan pencarian harta peniggalan Prabu Siliwangi di Istana Batutulis beberapa waktu lalu, sepertinya memupus harapan orang untuk memercayai hal-hal yang sulit dibuktikan kebenarannya.

Namun lelaki yang menyebut diri satria piningit bernama Soenuso Goroyo Soekarno mengaku dapat mengangkat peninggalan Presiden Pertama RI itu. Bentuknya berupa ratusan keping emas lantakan, platinum, sertifikat deposito obligasi garansi, dan lain-lain. ''Ini baru sampel dan silakan mengecek kebenarannya. Jika bohong, saya siap digantung,'' katanya, Jumat kemarin, kepada pers.

Mantan anggota TNI yang dahulu bernama Suwito itu sengaja mengundang wartawan di rumahnya, Perumahan Cileungsi Hijau, daerah perbatasan Bogor-Bekasi, untuk menyaksikan temuannya. Di rumahnya yang cukup megah disiapkan hidangan layaknya orang hajatan. Maklum, Goroyo, begitu dia biasa disapa, juga mengundang Pangdam Jaya, Kapolda, dan anggota Muspida. Tetapi dari mereka, tak ada pejabat datang.

Kepada tamunya, suami RA Lastika ini memperlihatkan peti besar berisi ratusan keping emas lantakan, masing-masing beratnya 8 ons bergambar Soekarno dan di baliknya ada gambar padi dan kapas. Pada satu sisinya ada tulisan 80 24K 9999. Sementara itu emas putih (platinum) juga berbentuk lantakan berlogo tapal kuda putih bertulisan JM Mathey London. Logam itu dibungkus emas dan bersertifikat emas pula.

Meskipun bersertifikat dan diyakini keasliannya, pada kesempatan itu tidak dihadirkan orang yang mengetahui emas atau pakar yang bisa memastikan asli atau tidak harta benda tersebut.

Memberi Kuasa

Peninggalan lain berupa sertifikat deposito bertanggal 16 Agustus 1945 yang dikeluarkan oleh BPUPKI yang menyebut sejumlah harta yang disimpan di suatu tempat. Ada pula sertifikat berbahasa Inggris yang juga disegel dan ditulis di atas lembar kuningan. Sertifikat itu ada yang bertuliskan ''Hibah Substitusi'' yang dipercayakan kepada R Edi Tirwata Dinata (108).

Yang terakhir ini, konon karena sudah tua, lantas memberikan kuasa kepada R Anton Hartono untuk mengurus harta benda yang disimpan di Swiss. Bentuknya mikrofilm, dua lembar dokumen, anak kunci boks deposit di JBS, Jenewa, dan dua buah koin. Di dalam sertifikat itu disebutkan, ada dana berjumlah 126,2 miliar dolar AS dan 63,10 miliar dolar AS.

''Insya Allah, jika saya diberi izin, semua harta peninggalan Bung Karno ini bisa membayar utang kita. Saya yakin bisa melaksanakannya,'' ungkap Goroyo sembari membantah dirinya paranormal. Dia juga membantah berambisi menjadi presiden atau jabatan politis lain. ''Semua saya lakukan dan beberkan untuk membangun negara kita,'' tegasnya.


Saat mendekati rumahnya, di pintu gerbang perumahan dan di depan rumahnya terpampang spanduk putih bertulisan merah, ''Satrio Piningit Soenuso Goroyo Soekarno sang Juru Selamat Telah Hadir di Bumi Indonesia.''

Namun wartawan yang datang sejak pukul 11.00, baru diterima seusai shalat jumat. Goroyo mengenakan stelan jas putih, sepatu putih, mirip yang dikenakan Presiden Soekarno.

Di ruang tamunya juga dipajang foto dirinya bersama seorang jenderal. Ada pula yang memperlihatkan saat dirinya menjadi anggota Batalyon Arhanud SE 10/Kodam Jaya. Namun, dia enggan membeberkan latar belakang jati dirinya. ''Saya ini orang susah. Jadi tentara pangkatnya juga di sini (memegang lengannya). Jika saya pakai pakaian seperti ini, hanya model. Kebetulan saya suka,'' tuturnya.

Proses Pencarian

Goroyo mengemukakan, dia hanya ingin ada saksi dari aparat soal harta temuannya itu. Selanjutnya akan diserahkan kepada Presiden Megawati dan diharapkan bisa melunasi utang luar negeri pemerintah. ''Saya tidak ingin imbalan apa pun termasuk jabatan. Saya hanya butuh pengakuan dan surat kuasa untuk meneruskan pencarian harta ini. Namun tampaknya Kapolda dan Kapolri berhalangan.''

Dia menceritakan proses pencarian harta tersebut. Diawali dari kebiasaannya bertirakat di berbagai tempat, lantas mendapatkan petunjuk. Petunjuk awal adalah sebuah tongkat wasiat yang diyakini tongkat komando milik Presiden Soekarno yang kemudian disimpannya hingga kini.

Selanjutnya, dengan tirakat pula, secara gaib harta benda itu bisa diangkat dari beberapa daerah di Bali, Jawa Tengah, dan Sumatera Selatan. ''Meskipun benda ini kini nyata, tapi awalnya adalah harta gaib. Jadi, mengambilnya juga dengan cara gaib. Saya tidak boleh memilikinya. Saya diperintahkan menyerahkan kepada negara untuk menyelamatkan bangsa,'' paparnya.

Ketika disinggung, kenapa justru membeberkan kepada wartawan, bukan langsung menyerahkan kepada pemerintah, Goroyo menyatakan dirinya sudah capai berhubungan dengan pejabat. Awalnya dia melapor kepada Presiden Megawati, tapi tidak digubris. Kemudian kepada mantan atasannya, Kol Art Harus Putri Osa, Dan Men Arhanud I Kodam Jaya, ke Mabes TNI, bahkan juga dilaporkan kepada anggota DPR Permadi SH.

Namun semua seperti tidak menghiraukannya. ''Karena itu, saya mengundang rekan-rekan wartawan untuk menyaksikan langsung,'' ujar Goroyo sembari menegaskan, sebagai satria piningit dirinya mengemban tugas menyelamatkan bangsa. Sebutan satria itu dia jelaskan, tidak ada kaitannya dengan ramalan yang pernah diucapkan Permadi bahwa negeri ini akan dipimpin satria piningit

Berburu Harta Karun Soekarno Hingga Ahmad Zaini

Yogyakart, Kasus penipuan harta karun peninggalan Presiden Soekarno baik dalam
bentuk emas lantakan, surat-surat berharga di Bank Swiss, di Batu Tulis Bogor hingga harta 17 triliun milik Ahmad Zaini sampai sekarang masih ramai dibicarakan. Orang yang menjadi korbanpun tidak hanya masyarakat tingkat bawah yang mengalami kesulitan ekonomi, tapi orang-orang kaya/pengusaha.

Mereka percaya harta karun peninggalan Soekarno yang berupa emas lantakan, perhiasan emas permata dan platina peninggalan zaman-zaman kerajaan di nusantara tersimpan di Bank of Switzerland atau di Union Bank of Switzerland. Sedang surat-surat deposito, surat colateral dikabarkan tersimpan di sana dan hanya orang-orang tertentu yang masuk jaringan kelompok/mafia itu yang bisa mencairkannya.

Embel-embel yang selalu didengungkan kepada calon sasaran, bila dana itu cair bisa untuk bayar hutang Indonesia dan menyantuni rayat miskin seluruh Indonesia. Untuk mendapatkannya bumbu-bumbu klenik dan mistik pun muncul. Selain itu orang yang ingin mendapat hibah itu juga harus mengeluarkan uang tidak sedikit jumlahnya.

Berdasarkan penulusuran detikcom, kasus-kasus seperti sudah mulai muncul sejak tahun 1998 hingga sekarang. Selain hibah harta karun Soekarno, yang masih ramai dicari adalah samurai-samurai peninggalan tentara Jepang di Indonesia yang bernilai puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Konon samurai-samurai itu masih banyak disimpan oleh orang-orang tertentu baik
di Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku yang pernah diduduki tentara
Jepang. Caranya memperolehnya juga secara gaib lewat puasa, sesajen dll. Bahkan di kawasan Pantai Jalasutra Kabupaten Blitar Jawa Timur dipercaya tempat pahlawan tentara PETA Supradi menyimpan samurai sebelum dibunuh tentara Jepang.

Untuk bisa bertransaksi dan mengetahui mana yang asli atau palsu, kelompok ini juga sudah menyebarkan berbagai brosur fotokopian. Lagi-lagi tebusan uang atau mahar disertai bumbu aroma klenik dan magis juga tersebar.

Cara-cara menggaet masyarakat untuk ikut pun bermacam-macam. Ada yang berkedok menggunakan nama sebuah yayasan. Adapula pula dengan cara perseorangan yang mendapat wasiat atau amanah dapat mencairkan dana. Aroma magis dan bumbu klenik seperti laku tapa dan prihatin juga selalu menyertai.

Orang yang sudah masuk anggota yayasan dan diberikan sertifikat serta membayar uang mulai ratusan ribu hingga puluhan jutaan rupiah. Setelah itu dijanjikan akan mendapat hibah atau warisan dari harta tersebut.

Tidak hanya itu, untuk menyakinkan orang, mereka juga menunjukkan fotokopian surat-surat berharga tersebut. Namun kalau ditanya mengapa hanya fotokopian. Jawabanya yang asli masih disimpan seseorang yang paling dipercaya dan alasan
keamanan. Surat-surat yang beredar itu biasanya Certificate of AO Metal Deposite, Certificate of Family Heritage dan Certificate of Gold Deposite berwarna kecoklatan seolah-olah asli dan benar-benar sudah lama tersimpan.

Di wilayah Jawa Tengah kasus pertama yang pernah mencuat di media massa adalah tahun 1998 di Solo. Pada tahun 2003 di Yogyakarta yang menjadi korban adalah seorang Sultan dari Kerajaan Zulu di Philipina. Sultan Maulana Jamilul Kiram III dan seorang warga Brunei yang sudah mengeluarkan uang puluhan juta sudah tertipu mentah-mentah kelompok Suparman asal Klaten. Dia dijanjikan akan mendapat warisan 10 ton emas lengkap dengan surat-suratnya. Namun semua itu palsu.

Sedang pada tahun 2005 warga ratusan Sleman, Kulonprogo, Purworejo dan Magelang yang digaet dengan cara masuk sebuah yayasan amal yang dijanjikan akan mendapat hibah harta karun Soekarno yang masih tersimpan di luar negeri.

Belum lagi cerita Asmo Suwito (80) warga Dusun Gergunung Desa Sendangsari Kecamatan Pengasih. Kakek ini mengaku mendapat harta karun sebanyak 40 batang emas lantakan beserta surat-suratnya. Harta karun itu katanya didapatkan secara gaib. Emas itu di

Asmo mengaku mendapat emas batangan bergambar lambang Vereningde Oostindische Compagnie (VOC) dengan berbagai ukuran. Barang itu dilengkapi surat-surat tanda keabsahan dari Union Bank of Switzerland.

Emas batangan yang dimiliki Asmo itu sebagian besar berukuran sebesar bungkus rokok dengan berat sekitar 500 gram. Sebagian lagi berukuran lebih kecil sebesar korek api.

Namun ketika dibandingan dengan uang benggol dari tembaga zaman Hindia Belanda berbeda sekali. Uang zaman Belanda ada gambar mahkota lengkap dengan tulisan Vereenigde Oostindische Compagnie serta tahun pembuatan. Sedang emas milik Asmo bertuliskan VOC, ada lambang padi kapas, gambar Soekarno pakai peci dan
tulisan 999 yang menunjukkan kadar karat emas.

"Jelas palsu kalau emas peninggalan Soekarno ada gambar Bung Karno. Lambang mahkota dengan uang benggol VOC berbeda. Apa zaman VOC sudah mengenal lambang padi kapas," kata Hari Cahyono seorang kolektor uang kuno kepada detikcom.

Bisa jadi kasus harta 17 triliun milik warga Tasikmalaya, Ahmad Zaini itu hanya berupa surat-surat berharga yang seolah-olah asli dikeluarkan oleh Bank Swiss. Karena dia menganggap sebagai pemegang amanah atau kuasa, dia bisa mencairkan kemudian membagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan lewat proposal yang masuk.


Tumpukan Harta Karun yang Tak Digubris

Tertarik oleh laporan salah satu jaringan televisi tentang mulai tampilnya Satrio Piningit yang diwarisi mandat mengurus harta karun di perut bumi Republik Indonesia, Duta Besar Kamboja Khem Bunning turun langsung ke lokasi, Kamis (5/6) siang.
Didampingi Jenderal (Purn) Poniman Soedharmo dan wakil pembeli emas dari luar negeri Machril, Bunning diterima Soenuso Goroyo Soekarnoputra — Sang Satrio Piningit — di kediamannya, Kompleks Cileungsi Hijau, Bogor, Jawa Barat.
Tanpa tedeng aling-aling lelaki setengah baya yang akrab dipanggil Pak Soenuso bercerita panjang lebar sambil mengeluarkan berbagai dukumen tentang posisinya sebagi Satrio Piningit dan sebagai pewaris harta karun.
Ia pun bercerita mengenai seluruh upayanya—yang sejauh ini dinilainya sama sekali tidak digubris—untuk menjadikan harta karun itu sebagai kekayaan pembebas seluruh rakyat dari beban utang luar negeri dan lilitan kemiskinan berkepanjangan.
Presiden RI pertama, Soekarno, tutur Soenuso, telah memberi mandat tertulis kepada Brigjen G. Soenario untuk mengurus harta karun berupa mata uang dolar AS, kepingan-kepingan emas, uang Brasil (UB) dan platinum. Kemudian sebelum kematiannya, Soenario membuat mandat tertulis pula kepada Soenuso Goroyo Soekarnoputra untuk menangani harta karun yang tersebar di seluruh Indonesia dan pada beberapa tempat di luar negeri itu.
Adapun Soenuso sendiri adalah putra kandung Bung Karno dari istri bernama Raden Rahayu Kenconowati (nama keraton) atau dengan nama kecilnya Raden Ajeng Bandoro Ayu Retno Melaningsih.
Dengan kaitan seperti ini pada Soekarno ditambah dengan ”ilham dari atas”, Soenuso mengaku sebagai Satrio Piningit (Satria yang disembunyikan selama ini) dan kini, oleh panggilan tugas bagi bangsa, harus tampil ke permukaan.
Panggilan tugas tersebut ialah dengan kekuatan Indonesia sendiri, membebaskan seluruh rakyat negeri ini dari kemiskinan dan ketergantungan luar negeri. Dengan kata lain, menjadikan Indonesia berdikari – berdiri di atas kakinya sendiri – salah satu slogan populer khas Bung Karno.
Hal ini, kata Soenuso, sama sekali tidak sulit dilakukan karena melalui jasa baik Bung Karno seluruh rakyat Indonesia memiliki harta karun berlimpah-limpah. Tinggal presiden bersedia menerima harta karun ini untuk dijual dan hasilnya digunakan bagi kepentingan seluruh rakyat.
Repotnya ialah, ternyata upaya panjang Soenuso untuk menyerahkan harta karun itu kepada Presiden RI sulit sekali. Dia mengaku sudah lima kali menulis surat kepada Megawati Soekarnoputri, entah selagi Wakil Presiden maupun sebagai Presiden sekarang ini. ”Tapi saya tidak pernah digubris,” kata Soenuso dengan nada kesal.

Surat Resmi
Gagal mendapatkan tanggapan dari Megawati, Soenusi yang Sersan TNI ini telah melaporkan harta karun tersebut ke berbagai pihak, antara lain kepada komandannya Kolonel Haris Patri Osa, ke MABES TNI, dan kepada anggota DPR Permadi SH.
Menurut Soenuso, seluruh upaya ini gagal karena tidak satu pihak pun memberi tanggapan. ”Saya heran, mereka cari ke mana-mana, termasuk ke luar negeri dan menggali di Batu Tulis, Bogor, tidak ketemu. Sedangkan saya yang jelas-jelas ada barangnya dan melapor kepada mereka (pemerintah) tidak digubris,” kata Soenuso.
”Kalau mereka mencari dan tidak menemukan, tentu ada sesuatu. Dan kalau saya bisa menemukan dan barangnya memang ada, tentu ada sesuatu pada saya,” tambahnya. Secara tersirat Soenuso menggambarkan bahwa ”sesuatu” tersebut terkait dengan posisinya sebagai Satrio Piningit. Dialah yang memegang mandat yang sebenarnya, dan melalui dia, dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama, seluruh harta karun itu bisa ditemukan, diambil dan diproses untuk kepentingan seluruh rakyat.
Kendati terus heran dan kian kesal, Soenuso rupanya belum putus asa dan kembali melapor kepada Permadi untuk kelima kalinya. Permadi yang juga dikenal sebagai paranormal itu tampaknya baru mulai me-nanggapi Soenuso dua pekan lalu. Permadi berjanji akan mengantar Soenuso kepada Presiden Megawati. Janji itu kini terus ditunggu Soenuso, sementara Permadi disebutnya sedang berada di Aceh.
Menjawab pertanyaan, apa persisnya yang diharapkan dari Presiden Megawati, Soenuso mengatakan, ia mengharapkan sebuah surat resmi dari Presiden RI berisikan penunjukkan Soenuso untuk bertindak sebagai pengurus, pengambil dan pencair harta karun Republik Indonesia di dalam dan luar negeri dan kemudian diserahkan kepada negara untuk kepentingan seluruh rakyat.
Ditanya lagi, bagaimana kalau nanti Megawati tetap tidak menggubris harta karun itu, dengan nada tinggi Soenuso mengatakan ia akan mengadu ke DPR/MPR. Dalam suratnya untuk Permadi, Soenuso antara lain menulis: ”Berhubung Ibu Megawati Soekarnoputri Presiden Republik Indonesia sudah jelas-jelas terbukti tidak menanggapi, tidak menggubris laporan saya, mohon agar DPR/MPR sebagai lembaga tertinggi negara, sebagai wakil rakyat melalui ketuanya yaitu Bapak Amien Rais dan Bapak Akbar Tandjung berkenan mengambil langkah keputusan yang tegas.”
Langkah tegas yang diharapkan Soenuso itu pada intinya, demikian dikatakan dalam surat untuk Permadi tersebut: ”Amien Rais dan Akbar Tandjung atas nama Bangsa dan Negara Republik Indonesia menunjuk saya Soenuso Goroyo Soekarno Satrio Piningit untuk mengurusi, mengambil dan mencairkan harta benda Bung Karno baik di dalam negeri maupun di luar negeri untuk kepentingan bangsa dan negara Republik Indonesia. Dan DPR/MPR membuat tim kecil, tim khusus untuk mendampingi saya.”

Perlu Dites
Penasaran oleh cerita panjang Soenuso, Dubes Khen Bunning minta izin untuk melihat contoh harta karun itu. Maka Soenuso minta istrinya mengambil sampel, dan sang istri kemudian membawa ke ruang tamu dua keping emas. Pada satu sisi kepingan emas itu tampak cetakan timbul setengah badan Bung Karno dengan kepala berpeci. Pada setiap keping tertulis: 8 O 24 k 9999.
Sambil menimang-nimang kepingan emas itu Sang Duta Besar bertanya, mengapa tidak langsung dijual saja. Menurut Soenuso, ia harus menunggu surat penunjukkan dari Presiden, dan ia sangat berharap, melalui jasa baik Permadi, ia akan mendapatkan surat tersebut dari Megawati.
Menurut Dubes Khen Bunning, tentu banyak sekali orang yang berminat membeli kepingan-kepingan emas itu asal saja diizinkan untuk diteliti keasliannya. Ia sendiri, kalau diizinkan, ingin membawa sampel emas itu untuk dites di laboratorium. Khen Bunning tidak menyembunyikan keheranannya mengapa Soenuso tidak segera ditanggapi untuk segera diketahui seluruh keaslian dan kebenarannya.
Sementara itu Machril, yang mewakili sejumlah pembeli emas dari luar negeri, menyatakan keinginannya untuk segera tahu nasib harta karun tersebut. Seperti Khen Bunning, Machril mengatakan harta karun tersebut, terutama emas akan dibeli semuanya oleh pihak luar negeri asal saja dites keaslian dan kebenarannya dan dibenarkan oleh aturan main Indonesia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Comment After Read My Post