Arkeoastronomi adalah sebuah ilmu yang mempelajari astronomi di masa lampau. Secara garis besar, bidang arkeoastronomi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu astroarkeologi, sejarah astronomi dan etnoastronomi. Astroarkeologi mempelajari astronomi dalam hubungannya dengan arsitektur bangunan kuno. Sejarah astronomi mempelajari perjalanan sejarah ilmu astronomi melalui sumber tertulis. Etnoastronomi mempelajari kaitan antara astronomi dan budaya masyarakat di masa lampau. Bila diringkas, arkeoastronomi merupakan bidang ilmu irisan antara astronomi, arkeologi dan antropologi.

Stonehenge pada tahun 2004. Kredit : David. H Kelley
Penelitian yang dilakukan oleh Gerald Hawkins seorang astronom Inggris pada tahun 1963 menyebutkan bahwa posisi batu – batu stonehenge mempunyai korelasi dengan benda – benda langit pada posisi istimewanya. Hal ini berarti bahwa hanya dengan mengamati posisi benda langit dalam stonehenge pada saat tertentu, kita dapat menentukan posisi benda langit tersebut pada saat yang lain. Selain itu, stonehenge dan dua buah lingkaran kecil diluarnya berfungsi sebagai sebuah alat penghitung gerhana. Dengan menandai posisi bulan, matahari dan titik node, lalu menghitungnya sesuai jumlah lubang lingkaran yang ada, maka dapat ditentukan kapan terjadi gerhana. Seperti mekanisme sebuah software astronomi bukan? Perlu diingat bahwa stonehenge dibangun sekitar 3000 tahun sebelum masehi yaitu 4900 tahun sebelum komputer pertama kali dibuat. Sungguh sebuah mahakarya yang agung dari peradaban manusia. Dengan keterbatasan teknologi yang ada pada masa itu, berbekal otak dan pengamatan terhadap benda langit, para leluhur pendiri stonehenge mewujudkan langit berbentuk 3 dimensi kedalam mekanisme susunan batu.
Karya – karya arkeoastronomi yang lain adalah Piramid Giza di Mesir, kuil Angkor Wat di Kamboja, Star Tower di Korea, Candi Bubaniswar di India, Monumen Tanjung Kumukahi di Hawai, dan masih banyak di tempat yang lain. Bangunan – bangunan ini dibangun pada masa lampau dan di masa kini menunjukkan kepada kita tentang keagungan peradaban manusia di jaman itu.

Kuil Angkor Wat di Kamboja. Posisi puncak kuil menandakan posisi matahari pada saat equinox dan solstice. Kredit
avid H. Kelley

Sumber : Kelley, David. H; “Exploring Ancient Skies”; 1995; Springer